Jurnal Seni Nasional Cikini
https://jurnalcikini.ikj.ac.id/index.php/jurnalcikini
<p style="text-align: justify;">Jurnal Seni Nasional CIKINI, merupakan kumpulan berbagai topik kajian kesenian yang berisi gagasan, penelitian, ataupun pandangan mengenai perkembangan fenomena dan gejala kesenian serta berbagai permasalahannya.</p> <p style="text-align: justify;">Jurnal ini bertujuan untuk memberikan sumbangan penelitian kesenian, yang diharapkan dapat mendorong perkembangan kesenian di Indonesia ke arah yang lebih baik lagi, dan memiliki daya saing dengan kesenian dunia.</p> <p style="text-align: justify;">Dewan Penyunting Jurnal Seni Nasional CIKINI, menerima tulisan yang belum pernah dimuat di media lain sebelumnya, untuk diseleksi dan disunting jika terpilih untuk diikutsertakan pada jurnal edisi selanjutnya.</p>Riset, inovasi dan PKM - Institut Kesenian Jakarta, DKI Jakarta.en-USJurnal Seni Nasional Cikini2580-2860Basic Visual Components (Bruce Block) dalam Film Kaїn
https://jurnalcikini.ikj.ac.id/index.php/jurnalcikini/article/view/268
<p>Penataan basic visual components memiliki pengaruh besar dalam menggambarkan moods, emotions, dan ideas pada film Kaïn (2009) karya Kristof Hoornaert. Penelitian ini menunjukkan korelasi penataan basic visual compenents terhadap intensitas cerita, menggunakan metode kualitatif dengan landasan teori basic visual components oleh Bruce Block. Hasil dari penelitian ini membuktikan film Kaїn mampu mengomunikasikan moods, emotions dan ideas, melalui penataan basic visual components khususnya pada elemen line dan shape dalam menyelaraskan intensitas visual dengan intensitas dramatik pada cerita, sehingga pesan dapat tersampaikan secara optimal, walau tanpa didampingi elemen suara khusus. Penelitian ini juga memberikan kontribusi mengenai pemahaman terhadap basic visual components, dalam menyampaikan pesan menggunakan bahasa visual.</p> <p>The arrangement of basic visual components has a great influence in describing moods, emotions, and ideas in the movie Kaïn (2009) by Kristof Hoornaert. This research shows the correlation of the arrangement of basic visual components to the intensity of the story, using qualitative methods based on the theory of basic visual components by Bruce Block. The result of this research proves that Kaїn is able to communicate moods, emotions and ideas, through the arrangement of basic visual components, especially in line and shape elements in harmonizing visual intensity with dramatic intensity in the story, so that the message can be conveyed optimally even without the accompaniment of special sound elements. This research also contributes to the understanding of basic visual components, in conveying messages using visual language.</p>Muhammad Hamdanu Syakirin
Copyright (c) 2025 Muhammad Hamdanu Syakirin -
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
2024-12-202024-12-2010292010.52969/jsnc.v10i2.268Pemanfaatan Teknologi dalam Mengaplikasikan Gambang Kromong untuk Mewujudkan Pelestarian Budaya
https://jurnalcikini.ikj.ac.id/index.php/jurnalcikini/article/view/297
<p>Industri musik Indonesia saat ini didominasi oleh lagu-lagu populer yang cenderung mengadopsi gaya musik Barat. Hal ini dapat menyebabkan terkikisnya budaya musik tradisional Indonesia, seperti Gambang Kromong. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi cara mengaplikasikan instrumen Gambang Kromong ke dalam lagu-lagu populer dengan memanfaatkan teknologi sebagai upaya pelestarian budaya. Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur dengan mencari sumber literatur dari karya cetak praktisi musik tradisional dan musik populer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa teknik pengaplikasian Gambang Kromong dalam lagu populer, seperti penggunaan sampel suara Gambang Kromong, aransemen lagu dengan melodi dan ritme Gambang Kromong, serta kolaborasi dengan musisi tradisional. Pemanfaatan teknologi seperti digital audio workstation, sampling, dan sintesis suara dapat membantu proses integrasi Gambang Kromong ke dalam lagu populer. Hal ini dapat menjadi strategi efektif untuk melestarikan budaya musik tradisional Indonesia di tengah dominasi musik populer.<br><br>The Indonesian music industry is currently dominated by popular songs which tend to adopt Western musical styles. This can cause the erosion of traditional Indonesian music culture, such as Gambang Kromong. This research aims to explore how to apply the Gambang Kromong instrument to popular songs by utilizing technology as an effort to preserve culture. The research methods used are literature studies and interviews with traditional and popular music practitioners. The research results show that there are several techniques for applying Gambang Kromong in popular songs, such as using Gambang Kromong sound samples, arranging songs with the melody and rhythm of Gambang Kromong, as well as collaborating with traditional musicians. Utilization of technology such as digital audio workstations, sampling and sound synthesis can help the process of integrating Gambang Kromong into popular songs. This can be an effective strategy for preserving traditional Indonesian music culture amidst the dominance of popular music.</p>Nanda Putri MulyaningrumWidya Putri Ryolita
Copyright (c) 2025 Nanda Putri Mulyaningrum
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
2024-12-202024-12-20102212710.52969/jsnc.v10i2.297Membaca Sejarah Perkembangan Gambang Kromong Melalui Karya Fotografi
https://jurnalcikini.ikj.ac.id/index.php/jurnalcikini/article/view/306
<p>Gambang Kromong merupakan sebuah musik tradisi masyarakat Betawi dan Cina Benteng yang berkembang melewati proses hibridisasi yang panjang antara budaya Tionghoa dengan Pribumi sejak abad ke-18. Proses perkembangan ini terdokumentasikan dengan baik melalui karya fotografi yang sebagian besar dilakukan oleh Isidore van Kinsbergen, seorang fotografer pemerintah Hindia-Belanda sejak tahun 1851. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan jenis studi dokumentasi dan pendekatan historis. Analisa data dilakukan dengan melakukan interpretasi terhadap karya fotografi yang kemudian dikaitkan dengan analisa teks dan konteks musik Gambang Kromong. Penelitian ini menghasilkan tiga bacaan karya foto karya Van Kinsbergen dan sebuah foto anonim. Bacaan foto pertama adalah embrio Gambang Kromong yang bernama Orkest Gambang, terdiri dari ansambel kecil yang memainkan musik intrumental, dan dimainkan dalam pesta-pesta Tionghoa kelas atas. Bacaan Foto kedua adalah masuknya penyanyi perempuan yang disebut cokek yang direkrut dari pribumi. Bacaan yang ketiga adalah masuknya alat musik Indonesia dalam Orkest Gambang dan menjadi Gambang Kromong sehingga bisa turut dinikmati oleh pribumi kelas bawah.</p> <p><br>Gambang Kromong is a Betawi and Cina Benteng music tradition that has evolved over a long hybridization process between Chinesse and Indonesia since the 18th century. This process is well documented by the photographic work that was done, for the most part, by Isidore van Kinsbergen, a government photographer from Dutch East Indies who began working in 1851. One method of research that is used is a qualitative research method that involves document analysis and historical research. The analysis involved analyzing the photographic work, which was subsequently connected to the analysis of the text and musical context of Gambang Kromong. Three interpretations of Van Kinsbergen's images as well as an anonymous image were the outcome of this investigation. This first photo interpretation is Orkest Gambang, a Gambang Kromong embryo that is performed at elite Chinese gatherings that consists of a small band playing instrumental music. Reviewing The second photo shows the entrance of cokek, or female singers, who were chosen from among the locals. The third reading describes how the Gambang Orchestra assimilated Indonesian musical instruments and became the Gambang Kromong so that people of lower native class could appreciate them.<br><br></p>Imam Firmansyah
Copyright (c) 2025 Imam Firmansyah
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
2024-12-202024-12-20102293910.52969/jsnc.v10i2.306Representasi Sikap Hidup Orang Jawa dalam Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi AG dan Babad Ngalor Ngidul karya Elizabeth D. Inandiak
https://jurnalcikini.ikj.ac.id/index.php/jurnalcikini/article/view/509
<p>Orang Jawa seringkali digambarkan sebagai manusia yang memiliki tradisi dan sikap hidup yang ikhlas dan selaras. Dalam kesusastraan Indonesia, gambaran masyarakat Jawa seringkali dimunculkan, terutama oleh pengarang keturunan Jawa sendiri. Namun, terdapat pula beberapa gambaran orang Jawa yang muncul dari pengaran yang berasal dari luar Jawa, bahkan warga negara asing (non-Jawa). Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana sikap hidup orang Jawa digambarkan dalam novel-novel yang ditulis oleh pengarang Jawa dan non-Jawa. Untuk itu, penulis mengambil dua sampel prosa Indonesia, yaitu Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi AG (pengarang keturunan Jawa) dan Babad Ngalor Ngidul karya Elizabeth D. Inandiak (pengarang berkewarganegaraan Prancis). Melalui dua novel ini, penulis ingin melihat gambaran sikap hidup orang Jawa dari sudut pandang penceritaan pengarang yang berbeda latar belakang budaya. Dengan melihat struktur karya, narasi, dan konsep representasi, penulis ingin membedah penggambaran sikap hidup orang Jawa dari kedua pengarang yang memiliki latar belakang yang berbeda. Hasil dari analisis dalam artikel ini menunjukkan bahwa keduanya menggambarkan jati diri dan sikap hidup orang Jawa seperti yang seringkali ditunjukkan dalam berbagai literatur, yakni sebagai orang yang menjunjung keselarasan dan laku hidup yang mengindahkan dunia. Namun demikian, keduanya memiliki gaya penarasian yang unik, yang menunjukkan bahwa Inandiak, pengarang berkebangsaan Prancis, memiliki kecenderungan penggambaran yang bernada lebih orientalis dibanding penarasian dari karya Linus Suryadi AG sebagai orang keturunan Jawa.</p> <p>Javanese people are often described as having traditions and attitudes that are sincere and harmonious. In Indonesian literature, images of Javanese people are often presented, especially by authors of Javanese descent. However, there are also some images of Javanese people that appear from authors who come from outside Java, even foreign nationals (non-Javanese). The next question is how the Javanese attitude to life is depicted in novels written by Javanese and non-Javanese authors. For this purpose, the author takes two samples of Indonesian prose, namely Pengakuan Pariyem by Linus Suryadi AG (a Javanese author) and Babad Ngalor Ngidul by Elizabeth D. Inandiak (a French author). Through these two novels, the author wants to see the depiction of Javanese life attitudes from the perspective of authors with different cultural backgrounds. By looking at the structure of the work, narrative, and the concept of representation, the author wants to dissect the depiction of Javanese attitudes of life from the two authors who have different backgrounds. The results of the analysis in this article show that both authors portray the Javanese identity and attitude to life as often shown in various literatures, namely as people who uphold harmony and practice life that heeds the world. However, both have a unique narrative style, which shows that Inandiak, a French author, has a tendency to portray a more orientalist tone than Linus Suryadi AG's narrative as a person of Javanese descent.</p>Teguh PrasetyoMike Wijaya Saragih
Copyright (c) 2025 Teguh Prasetyo Prasetyo
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
2024-12-202024-12-20102415110.52969/jsnc.v10i2.509Psikodinamika Alam Bawah Sadar Masyarakat Betawi dalam Tradisi Pembacaan Maulid Barzanji
https://jurnalcikini.ikj.ac.id/index.php/jurnalcikini/article/view/516
<p>Pembacaan Barzanji merupakan seni tradisi yang dilakukan oleh umat Islam di dunia untuk mengenang perjuangan Nabi Muhammad saw. dalam mensyiarkan agama Islam. Masyarakat Betawi sebagai komunitas yang memegang teguh budaya ketimuran masih konsisten melaksanakan tradisi tersebut hingga saat ini. Saat pembacaan Barzanji, mereka begitu khusyuk hanyut dalam suasana sakral yang menenangkan, meskipun sebagian dari mereka tidak memahami maknanya secara harfiah. Hal ini menunjukkan bahwa pembacaan Barzanji memberikan pengaruh psikologis pada setiap individu, sekalipun mereka tidak memahami bahasa Arab. Dengan demikian, penelitian ini membahas pengaruh pembacaan maulid Barzanji terhadap \ psikodinamika alam bawah sadar dalam konteks masyarakat Betawi. Penelitian ini menggunakan metode etnografi melalui pengamatan terlibat, wawancara mendalam, dan studi pustaka. Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh pembacaan maulid Barzanji terhadap alam bawah sadar masyarakat Betawi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa superego yang terbentuk dari pemahaman terhadap makna perjuangan Rasulullah terekam ke alam bawah sadar yang memberikan ketenangan saat pembacaan dan setelahnya sebagai refleksi kecintaan umat terhadap rasulnya yang berdampak pada keinginan untuk bertemu Nabi Muhammad saw. kelak sehingga memunculkan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembacaan Barzanji bagi masyarakat Betawi sudah tertanam di alam bawah sadar mereka sebagai suatu kebutuhan, baik secara individual, agama, dan kemasyarakatan, yaitu kodrat manusia sebagai makhluk sosial.<br><br>Barzanji reading is a traditional art performed by Muslims around the world to commemorate the struggle of the Prophet Muhammad saw. in spreading the Islamic religion. Betawi people, as a community that upholds eastern culture, still consistently carry out these traditions to this day. When reciting the Barzanji, they were so absorbed in the calming sacred atmosphere, even though they did not understand its literal meaning. This shows that reading Barzanji has a psychological influence on every individual, even if they do not understand Arabic. Thus, this research discusses the influence of reading the birthday of Barzanji on the psychodynamics of the Betawi people's subconscious. This research uses ethnographic methods through involved observation, in-<br>depth interviews, and literature study. The aim of this research is to see the influence of reading Barzanji on the subconscious mind of the Betawi people. The research results show that the superego which is formed from understanding the meaning of the Prophet's struggle is recorded in the human subconscious, which provides calm during and after the reading and has an impact on the desire to meet the Prophet in the future so that good behavior emerges in everyday life. Thus, the reading of Barzanji for Betawi people has been embedded in their subconscious as a need, both individually, religiously and socially, namely human nature as social creatures.</p>Sya didah
Copyright (c) 2025 Sya didah
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
2024-12-202024-12-20102536210.52969/jsnc.v10i2.516