Ngruwat Bocah Bajang: Makna Ruwatan Cukur Rambut Gembel bagi Masyarakat Dieng

  • Faris Alaudin Departemen Ilmu Susastra, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia
Keywords: Bocah Bajang, Makna, Masyarakat Dieng, Ruwatan Cukur Rambut Gembel

Abstract

ABSTRAK: Ruwatan cukur rambut gembel sebagai tradisi lisan milik masyarakat Dieng masih
disintaskan hingga kini. Tradisi lisan ini berpusat pada ritus peralihan bagi bocah bajang di Dieng.
Ruwatan cukur rambut gembel dilaksanakan dengan cara memenuhi bebana yang diminta oleh bocah
bajang, memotong dan melarung rambut gembel, serta mengadakan selamatan. Sejak tahun 2010,
ruwatan cukur rambut gembel digelar secara anual sebagai bagian dari Dieng Culture Festival. Atas
dasar ini, alasan masyarakat Dieng meyintaskan ruwatan cukur rambut gembel dikaji lebih jauh untuk
menyasar pemaknaan masyarakat Dieng atas tradisi lisan yang mereka miliki. Data dikumpulkan
menggunakan pendekatan kajian tradisi lisan yang dilakukan dengan cara menyaksikan pergelaran
ruwatan cukur rambut gembel secara langsung dan mewawancarai masyarakat Dieng. Sebagai hasil,
keinginan untuk mempertahankan markah galur Kiai Kolodete yang berambut gembel menjadi alasan
masyarakat Dieng mempertahankan ruwatan cukur rambut gembel.

References

Andis, Christina. (1989). “Respons Masyarakat Desa Kuripan Kecamatan Watumalang, Wonosobo Jawa Tengah terhadap Anak Berambut Gembel.” Universitas Indonesia.
Bauman, Richard. (1997). Verbal Arts as Performance. Prospects Height: Wafeland Press.
Damayanti, Puspa Ayu. (2010). “Dinamika Perilaku ‘Nakal’ Anak Berambut Gimbal di Dataran Tinggi Dieng.” Psikoislamika 8(2): 165–190.
Damardjati K.M. dan Titi Kusrini. (2015). Pelestarian Lingkungan Berbasis Kearifan Lokal. Jakarta: Pusat Penelitian dan Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Danandjaja, James. (1986). Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-Lain. Jakarta: PT Pustaka Grafitipers.
Darmoko. (2002). “Ruwatan: Upacara Pembebasan Malapetaka (Tinjauan Sosiokultural Masyarakat Jawa).” Makara 6(1): 30–36.Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya.
Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2016). Panduan Perayaan dan Penyerahan Sertifikat Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2016. Jakarta: tidak diterbitkan.
Dundes, Alan. (1965). The Study of Folklore. Englewood Cliffs: Prentice-Hall, Inc.
Fajrin, Septian Eka. (2009). “Identitas Sosial dalam Pelestarian Tradisi Ruwatan Anak Rambut Gimbal Dieng sebagai Peningkatan Potensi Pariwisata Budaya (Studi Kasus di Dataran Tinggi Dieng, Dieng Kulon, Banjarnegara).” Universitas Sebelas Maret.
Faozi, Alif. (2017, 29 Oktober). Wawancara personal.
Hoed, Benny Hoedoro. (2015). “Komunikasi Lisan sebagai Dasar Tradisi Lisan.” Hlm. 213—225 dalam Metodologi Kajian Tradisi Lisan Edisi Revisi, penyunting Pudentia MPSS. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Kantor Arsip Kabupaten Wonosobo. (2014). Pengkajian Naskah Sumber Arsip Sejarah Kabupaten Wonosobo. Wonosobo: tidak diterbitkan.
Kleden-Probonegoro, Ninuk. (2008). “Ritus Ruwat: Esensialisme Baru dalam Politik Kebudayaan Indonesia.” Masyarakat dan Budaya 10(1): 1—26.
Koentjaraningrat. (1984). Kebudayaan Jawa. Jakarta: PN Balai Pustaka.
______. (1993). Ritus Peralihan di Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Larasati, Theresiana Ani. (2012). “Pola Pengasuhan Anak Berambut Gèmbèl: Kasus pada Keluarga yang Memiliki Anak Berambut Gèmbèl di Dusun Anggrung Gondok, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo.” Patrawidya 13(1): 59–85.
Mariani, Lies. (2016). “Ritus Ruwatan Murwakala di Surakarta.” Umbara 1(1): 43–56.
Mubin, Nurul. (2010). Islam Bumi Kahyangan Dieng: Potret Akulturasi Kebudayaan Islam, Hindu, dan Kerajaan Lokal Masyarakat Dataran Tinggi Dieng. Yogyakarta: Pustaka Prima.
Nugroho, Singgih Adi. (2014). “Upacara Ngruwat Gimbal di Desa Dieng Kulon Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara.” Universitas Negeri Yogyakarta.
Osman, Mohd. Taib. (1975). Tradisi Lisan di Malaysia. Kuala Lumpur: Kementerian Kebudayaan, Belia dan Sukan.
Pudentia MPSS. (2007). Hakikat Kelisanan dalam Tradisi Melayu Mak Yong. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.
Pudentia MPSS (peny.). (2015). Metodologi Kajian Tradisi Lisan: Edisi Revisi. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Pularsih, Eka. (2015). “Komodifikasi Ruwatan Massal Cukur Rambut Gembel pada Festival Budaya Tahunan di Dataran Tinggi Dieng Kabupaten Wonosobo.” Universitas Negeri Semarang.
Sedyawati, Edi. (1996). “Kedudukan Tradisi Lisan dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu-Ilmu Humaniora.” Warta Asosiasi Tradisi Lisan II: 9–12.
______. (2009). “Konsep Warisan Budaya: Lokal, Nasional, dan Internasional.” Hlm. 17–22 dalam Kebudayaan di Nusantara: Dari Keris, Tor-Tor, sampai Industri Budaya, Edi Sedyawati. (2014). Depok Komunitas Bambu.
______. (2014). Kebudayaan di Nusantara: Dari Keris, Tor-Tor, sampai Industri Budaya. Depok: Komunitas Bambu.
Sibarani, Robert. (2012). Kearifan Lokal, Hakikat, Peran, dan Metode Tradisi Lisan. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan.
Simatupang, Lono. (2013a). Pergelaran: Sebuah Mozaik Penelitian Seni-Budaya. Yogyakarta: Jalasutra.
______. (2013b). “Mengkaji Penonton Pergelaran dan Ruangnya.” Hlm. 63—72 dalam Pergelaran: Sebuah Mozaik Penelitian Seni-Budaya, Lono Simatupang. Yogyakarta: Jalasutra
______. (2013c). “Tradisi Lisan: Konsep, Teori, dan Metode Penelitiannya.” Hlm. 17—23 dalam Pergelaran: Sebuah Mozaik Penelitian Seni-Budaya, Lono Simatupang. Yogyakarta: Jalasutra.
Sukatno, Otto. (2004). Dieng Poros Dunia: Menguak Jejak Peta Surga yang Hilang. Yogyakarta: IRCiSoD.
Sumanto. (2017, 30 Oktober). Wawancara personal.
Suparman. (2017, 18 Agustus). Wawancara personal.
Wulansari, Rintan Octa. (2014). “Fungsi Ruwatan Rambut Gembel di Desa Dieng Kulon, Banjarnegara.” Universitas Indonesia.
Yoga, Angga. (2014). “Ruwatan Anak Gembel di Dataran Tinggi Dieng: Antara Ritual, Wisata, dan Komodifikasi.” Universitas Gadjah Mada.
Published
2023-12-31
How to Cite
Alaudin, F. (2023). Ngruwat Bocah Bajang: Makna Ruwatan Cukur Rambut Gembel bagi Masyarakat Dieng. Jurnal Seni Nasional Cikini, 9(2), 111 - 120. https://doi.org/10.52969/jsnc.v9i2.240