Seni dalam Lipatan Pandemi
Abstract
Manusia tidak siap saat wabah datang menyuruk memasuki kehidupan. Ia menyergap lalu menguasai rumah, jalanan, perkantoran, pusat perbelanjaan, sekolah, kampus. Mencengkram seluruh tatanan yang ada, mengosongkan keramaian, melambankan gerak tubuh. Segala yang kita anggap sebagai kebiasaan yang terberi, seluruh sistem politik, ekonomi, hingga sosial, layuh tak berdaya, tunduk pada pembatasan. Tidak terkecuali untuk Dies Natalis IKJ tahun 2020 ini, pidato seni ini saya sampaikan di podium yang menghadap ke kursi-kursi kosong. Hari jadi yang semestinya menjadi perayaan jubilasi, suatu titik penting dalam hidup, saat ini menyisakan kita dengan pertanyaan yang menggantung, hingga kapan pandemi ini berlangsung? Dalam bayang-bayang pandemi ini, detik demi detik dilalui dengan rasa gundah, takut dan tidak menentu. Menatap pemberitaan di media dengan mata yang sayu, kurva tidak kunjung landai, kita belum bisa melepas kewaspadaan.